Menunggu itu Bersabar untuk Setia
Menunggu itu sangat erat dengan kesetiaan.Dan masa-masa menunggu adalah ujian kesetiaanBersabarlah untuk tetap menjadi setiakarena tergesa-gesa membuat prosesnya tak terasa nikmat
Ya….begitu indah kata-kata di atas, dirangkai dalam rangka menikmatkan
proses menunggu oleh sang empunya. Dan rasanya memang begitu baiknya.Dulu, saya bisa begitu marah saat ada mereka yang membuat saya menunggu
akan janji temu, atau janji apa saja yang sebenarnya mereka sendiri yang
menetapkan.
Hingga saya pun pernah ditegur beberapa kali oleh murabbi saya akan
kerasnya sikap saya untuk hal yang satu ini. Bukan hanya karena waktu saya
terbuang dan saya pun harus memundurkan target harian hingga ada yang tak
terselesaikan tapi saya rasa ini masalah tanggungjawab yang saat orang itu
memutuskan seharusnya saat itu juga ia sudah menyanggupi. Ya, itu hanya berlaku saat itu.
Saat idealism membulat mengeras bukan
menyesuaikan. Saat prasangka baik merupakan hal yang kalah oleh ego dan
targetan diri. Saat saya belum menyadari ada hal di luar kehendak yang bisa
terjadi. Saat saya……….. yah, masih perlu banyak belajar dan peka’.Kini, hmmp rasa-rasanya masih begitu…
walau tidak menelan semua ketidaktepatan waktu secara mentah-mentah. Karena
saya masih begitu menghormati mereka yang menepati. Waktu ataupun janji.
Dan hidup, adalah proses menunggu. Menunggu
mati, menunggu hasil dari sebuah usaha, menunggu perjalanan doa, dan menunggu
pasangan hidup serta keturunan.Anehnya, untuk menunggu hal yang pertama
saya tidak semenakutkan saat menunggu janji, malah saya yang takut karena
merasa bekal yang belum terlalu cukup (ya…silakan tersenyum atau tertawa untuk
part ini).
Kalau menunggu hasil akan usaha…ya, saya adalah orang yang selalu
optimis akan itu kalau saya sudah melakukannya dengan baik, karena begitu lah
saya. Kalau menunggu perjalanan doa, ya saya selalu tenang denganNya dan yakin
akan janjiNya. Saya adalah orang yang percaya bahwa doa akan dikabulkan,
ditunda hingga waktu terindah atau digantikan dengan musibah yang akan menimpa.
Dan terakhir, pembahasan kemudian menjadi begitu berat karena rasanya kalau
menunggu untuk hal yang berhubungan sama jodoh ataupun keturunan semua jadinya
sensitive, dan resah. Bukan karena tidak sabar, tapi
karena tanda akan yang ditunggu belum diperlihatkan.
Yaa…untuk menunggu yang satu ini rasanya
perlu kesabaran yang luar biasa, dan tentunya keyakinan yang mantab kepada Sang
pencipta. Karena menurut saya ini berhubungan dengan Sang Penentu Kebijakan.
Sebenarnya sangat mudah bagiNya untuk
menikahkan kita saat ini juga lalu dikaruniai keturunan dan kehidupan berjalan
sesuai dengan yang dibayangkan dan diidam-idamkan. Tapi, jika kemudian semua
yang diminta langsung ada, kapan kita belajar bersabar. Trus kalau semuanya
yang diminta diberikan, bagaimana kita belajar berikhtiar. Dan seperti kata
saudara saya di atas, kalau jodoh yang diminta langsung ada, bagaimana cara
kita belajar menunggu, menunggu dengan setia???
Bukankah setia itu mulia. Mulai di hadapanNya hingga mulia untuknya :)Yap, bahwa Setia itu mulia. Mulai di
hadapanNya hingga mulia untuknya. Walau terkadang, rasa-rasanya masih begitu
sulit setia menanti pada masa yang sebegini sulit. Bukan hanya karena usia yang
semakin tahun semakin bertambah, dan desakan keluarga yang rasanya
intensitasnya tak sesering 2 hingga 5 tahun silam tapi juga karena kebutuhan
diri dan hati.
Rasa-rasanya dengan usia sebegini, walau
sahabat dekat sendiri enggan rasanya meminta bantuan karena kita sudah dihadapkan
pada urusan pribadi masing-masing…walaupun mereka tetap ada, rasanya kita yang
terlalu tak tau diri karena mereka juga perlu menjalankan hari. Ada yang sudah
punya suami, anak, bahkan sembari bekerja. Ada juga yang masih sendiri tapi
mungkin kebutuhannya lebih banyak dari kebutuhan kita. Itu baru kebutuhan diri,
belum kebutuhan hati.
Memang sih, akan selalu ada orangtua
yang akan setia mendengarkan dan menasihati… tapi… entah mengapa saya rasa
dengan usia mereka, cukup cerita bahagia aja yang perlu mereka dengannya karena
mereka pun sudah lelah menghadapi dunia dan saya rasa dengan alasan itu kita
memerlukan teman bicara yang juga menjadikan masalah kita sebagai masalahnya
dan urusan kita juga sebagai urusannya. Ya’ pendamping hidup. Karena kemudian,
semua sudut diri dan hati dibuat untuk kita saling berbagi.Ini yang saya katakan “menunggu dengan
sabar dan tetap setia itu sulit.”
Tapi benarkah sebegitu sulit?!?!…
Bukannya kita sudah bertahan dan bersabar sejauh ini ya?
Bukannya selalu ada
Sang Maha Pengasih yang selalu mendengarkan cerita, keluh dan curhat kita ya?
Bukankah
saat lelah diri, memandang wajah orangtua lelahnya tak terasa lagi ya?!Ya’, sulit itu kita yang buat.Bukankah Tuhan itu Maha Menepati Janji?!
Bukannya kita diciptakan berpasang-pasangan?!
Bukannya proses yang baik
hasilnya akan baik juga?! (Kita ga mau kan anak
kita bandel karena kita bandel).
Bukannya selalu percaya kalau semua akan indah
pada waktunya kan ya?! So, masih susah?!?!Kalaupun masih susah, beli Tropicana
slim deh karena “manisnya hidup kita yang tentukan” ;)Sekian. :)
Semangat bersabar untuk setia. Karena
tergesa-gesa membuat prosesnya tak nikmat ^.^/’—
Kita memang terlalu banyak menuntut dan
terlalu banyak lupa. Banyak menuntut akan keinginan yang kita sukai bukan yang
Allah SWT sukai. Dan banyak lupa, bahwa doa-doa kita lebih banyak dikabulkannya
daripada yang tidak. Bukankah begitu??!! (Nasihat buat diri saya pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar